KATALOG

KATALOG
KATALOG ARRHMH

Sejarah Tergantinya AHAD dengan MINGGU

Selasa, 26 September 2017

TAHAP GODAAN SYAITAN




Bagaimana tahapan setan dalam menyesatkan manusia?

Ada enam langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Badai’ul Fawaid, 2:799-801.

Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya

Inilah langkah pertama yang ditempuh oleh setan, barulah ketika itu ia beristirahat dari rasa capeknya. Setan akan terus menggoda manusia agar bisa terjerumus dalam dosa pertama ini. Jika telah berhasil, pasukan dan bala tentara iblis akan diangkat posisinya menjadi pengganti iblis.
Coba lihat ada yang hidupnya penuh dengan kesyirikan. Ada yang masih melariskan sedekahan laut, memakai penglaris, memasang susuk untuk memikat pasangan, percaya hal-hal takhayul seperti adanya bulan dan hari sial (contoh: bulan Suro yang dianggap penuh musibah). Ini semua yang setan incar pertama kali yaitu agar akidah kaum muslimin rusak.

Langkah kedua: Diajak pada perbuatan bid’ah

Jika langkah pertama tidak berhasil, manusia diajak pada perbuatan bid’ah.
Contohnya mengamalkan dzikir dengan bilangan seribu, mengamalkan bacaan Qur’an dengan menentukan waktu tertentu tanpa ada dalil hingga meyakini suatu akidah yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Banyak amal harus sesuai dengan tuntunan, tidak sekedar kita banyak beramal. Begitu pula dalam meyakini suatu akidah harus punya dasar.

Ingat! Perbuatan bid’ah lebih disukai oleh iblis daripada dosa besar atau pun maksiat lainnya. Karena bahaya bid’ah itu:
(1) membahayakan agama seseorang,
(2) membahayakan orang lain, jadi ikut-ikutan berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunan,
(3) orang yang berbuat bid’ah akan sulit sadar untuk taubat karena ia merasa amalannya selalu benar,
(4) bid’ah itu menyelisihi ajaran Rasul dan selalu mengajak untuk menyelisihi ajaran beliau.
Setan yang menggoda seperti ini pun juga akan diangkat sebagai pembantu iblis jika telah berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini.

Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair)

Kalau langkah kedua tidak berhasil, setan akan mengajak manusia untuk melakukan dosa besar (seperti berjudi, mabuk, dan selingkuh), lebih-lebih jika ia adalah seorang alim (berilmu) dan diikuti orang banyak. Setan lebih semangat lagi menyesatkan alim semacam itu supaya membuat manusia menjauh darinya, maksiat semacam itu pun akan mudah tersebar, dan akan dirasa pula bahwa maksiat itu malah mendekatkan diri pada Allah.
Yang berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini, dialah yang nanti akan menjadi pengganti iblis.

Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair)

Jika setan gagal menjerumuskan dalam dosa besar, setan akan mengajak pada dosa kecil. Dosa kecil ini juga berbahaya.
إِيَّاكُمْ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ كَقَوْمِ نَزَلُوْا فِي بَطْنِ وَادٍ فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ حَتَّى انْضَجُوْا خُبْزَتَهُمْ وَإِنَّ مُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ مَتَى يُؤْخَذُ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكُهُ
Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Maksud hadits, jika dosa kecil terus menumpuk dan tidak terhapus, maka dosa kecil akan membinasakan dirinya. Di sini tidak disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar memang benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi.
Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena:
  • menganggap remeh dosa kecil tersebut,
  • terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya)

Karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala, waktu yang berharga jadi terbuang sia-sia. Ada yang sibuk dengan main game, motor, hingga lupa akan yang wajib seperti shalat.
Jika setan tidak mampu menggoda dalam tingkatan kelima ini, maka seorang hamba akan benar-benar tamak pada waktunya. Ia akan tahu bagaimanakah berharganya waktu. Ia pun tahu ada nikmat dan ada akibat jelek jika tidak menjaganya dengan baik.
Jika tidak mampu dalam langkah kelima, maka setan beralih pada langkah yang keenam.

Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal

Jika ia sudah menjaga waktu dengan baik, setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang afdhal.
Contoh, sibuk dengan ibadah, enggan mau menimba ilmu agama sehingga beribadah asal-asalan. Contoh lagi, sibuk dengan berdakwah di negeri yang jauh hingga lupa untuk menambah ilmu untuk dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar